ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
A.
ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
- Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem
saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar
hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh
sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui
hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh
ujung-ujung saraf. Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam
darah. Kelenjar endokrin termasuk: 1. Pulau Langerhans pada Pankreas, 2. Gonad
(ovarium dan testis), 3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid,
serta timusB. Hormon dan fungsinya, kata hormon berasal dari bahasa
Yunani hormon yang artinya membuat gerakan atau membangkitkan. Hormon mengatur
berbagai proses yang mengatur kehidupan.
a. Pengertian
Sistem Endokrin
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu
kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya.
Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas
dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi,
pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan
sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda
dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan
cara kerja antara kedua sistem tersebut.
Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Dibandingkan
dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi
kimia.
2) Sistem
endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada
sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5
milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu
yang sangat bervariasi, berkisar antara
beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu
singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di
bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses
pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia
perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel
lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing
tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel
tertentu.
b. Sel-sel
Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Sel
Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut
memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel
neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut
sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada
hipotalamus disebut sel neusekretori.
2) Sel
endokrin sejati, disebut juag sel endokrin klasik yaitu
selendokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk
seperti sel saraf. Kelenjar endokrin sejati melepaskan hormon yang
dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin
sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik
vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek
studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska.
Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel
c. Klasifikasi,
Fungsi, dan Sifat Hormon
Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hormon peptide dan protein, steroid, dan
turunan tirosin.
Tabel 3.1 klasifikasi dan sifat hormon
Steroid
|
Peptida
|
Protein Besar
|
Turunan Tirosin
|
Testosteron
Esterogen Progesteron Kortikosteroid Vitamin D-3
|
Hormon
Hipotalamus Angiotensin Somatostatin Gastrin Sekretin Glukagon Kalsitonin
Insulin
Parathormon
|
Hormon
Pertumbuhan Prolaktin
LH FSH TSH
|
Katekolamin, meliputi :
Noradrenain Adrenalin Hormon Tiroid, meliputi: Tiroksin (T4) Triiodotironin (T3)
|
Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di
atas, terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon, antara lain :
i.
Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar
timus (thymus), berperan untuk
mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel
penghasin antibodi.
ii.
Hormon Brakidin : Hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang
menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah
dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
iii.
Hormon Eritropuitin : Merupakan
glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan ginjal, hormon ini
dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh
akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen
yang dapat diangkut oleh darah.
iv.
Hormon Prostaglandin,
Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh
berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ
endokrin.
v.
Hormon Feromon : suatu senyawa
kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke lingkunganya.dan dpapat menimbulkan
respons prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik
seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang
sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.
d. Jenis
Kelenjar Endokrin
1) Hipofisis
Hypofisis cerebri atau glandula pituitari adalah
struktur lonjong kecil yang melekat pada permukaan bawah otak melalui
infundibulum. Lokasinya sangat terlindungi baik yaitu terletak pada
sella turcica ossis sphenoidalis. Disebut master
endocrine gland karena hormon yang dihasilkan kelenjar ini banyak
mempengaruhi kelenjar endokrin lainya.
Kelenjar ini terletak di selatursika, lekukan os
spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan
dibagi atas dua lobus lobus anterior, merupakan bagian terbesar dari hipofise
kira-kira 2/3 bagian dari hipofise. pada dasar otak besar dan menghasilkan
bermacam -macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu
kelenjar hipofisis disebut master gland.
Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu bagian anterior, bagian tengah, dan bagian posterior.
a) Hipofisis
bagian anterior
Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis bagian
anterior, terdiri dari:
i.
Hormon Somatotropin (untuk
pembelahan sel,pertumbuhan)
ii.
Hormon tirotropin (sintesis
hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
iii.
Hormon Adrenokortikotropin
(merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)
iv.
Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
v.
Hormon Gonadotropin( FSH pada
wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan spermatogonium; LH pada wanita
pembentukan korpus luteum, pada pria merangsang sel interstitial membentuk
hormon testosteron.
b)
Hipofisis bagian tengah
Menghasilkan hormon perangsang melanosit atau
Melanosit Stimulating Hormon MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit menjadi hitam.
c)
Hipofisis posterior
i.
Hormon oksitosin(merangsang
kontraksi kelahiran)
ii.
Hormon Vasopresin( merangsang
reabsorpsi air ginjal) Fungsi hipofisis posterior (adenohipofise), terdiri
dari:
iii.
Anti-diuretik hormone (ADH): mengatur
jumlah air yang melalui ginjal, reabsorbsi air dan mengendalikan tekanan darah
pada arteriole
iv.
Hormone oksitosin: mengatur
kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air susu sewaktu
menyusui.
Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang
polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.
sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang 1sangat kecil
untuk mengembang. jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas,
seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan
menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar
kelenjar endokrin lainnya. hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus,
yaitu bagian otak yang terletak tepat
diatas hipofisa. Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior
(depan) dan lobus posterior (belakang).
2) Kelenjar
Tiroid
Terletak dan menempel pada trakea di bagian depan.
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk
mengatur kecepatan tubuh membakar energi,
membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon
lainnya. Kelenjar tiroid dapat
distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur
oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas
tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis- hipotalamus.
Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon
tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
3) Kelenjar
Paratiroid
Kelenjar ini terletak di setiap sisi kelenjar
tiroid yang terdapat di dalam leher. Kelenjar ini berjumlah 4 buah yang
tersusun berpasangan yang mengahasilkan hormon paratiroksin. Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada
sel utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai
pengendali keseimbangan kalsium dan
fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan
kadar fosfat darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan
sel chief.
4) Adrenal
Merupakan kelenjar ini berbentuk bola, yang
menempel pada bagian atas ginjal. Kelenjar ini disebut juga kelenjar adrenal
atau kelenjar supra renal. Kelenjar adrenal dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian luar yang berwarna kekuningan yang bernama korteks, menghasilkan
hormone kortisol, dan bagian tengah (medula), menghasilkan hormon Adrenalin
(epinefrin) dan nor adrenalin (norepinefrin).
5) Pankreas
Pankreas terletak dibelakang lambung di depan vertebra
lumalis I dan II yang tersusun dari pulau-pulau langerhans yang tersebar
di seluruh pankreas. Di pulau langerhans inilah terdapat sel-sel alfa dan
sel-selbeta. Sel alfa menghasilkan hormon glucagon sedangkan sel-sel beta
menghasilkan hormone insulin. Hormon insulin berfungsi mengatur konsentrasi
glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi glikogen untuk
disimpan. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes.
6) Kelenjar
Timus
Terletak di dalam midiastinum di belakan
tulang sternum, kelenjar timus dijumpai pada anak-anak di
bawah usia 18 tahun. Kelenjar ini terletak di dalam toraks kira-kira setinggi percabangan
trakea, warnanya kemerah- merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru
lahir beratnya kira-kira 10 gram, dan ukurannya bertambah pada masa remaja
sekitar 30-40 gram.
Kelenjar timus menghasilkan suatu sel imun yang
membantu dalam pertahanan tubuh, selain itu hormon kelenjar timus berperan dalam membatu pertumbuhan badan.
7) Hormon
Kelamin
a)
Testis
Testis terdapat pada pria, terletak pada skortum.
Di dalam testis terdapat sel-sel leydig yang akan menghasilkan hormon
testoteron. Hormon testoteron akan menentukan sifat kejantanan misalnya adanya
jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, dan
mengasilkan sel mani
(spermatozoid).
b)
Ovarika
Kelenjar ovarika terdapat pada wanita, terletak
pada ovarium di sebelah kiri dan kanan rahim dan menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron (korpus luteum). Hormon ini dapat mempengaruhi pekerjaan uterus
serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, bahu yang
sempit dan lain-lain.
Tabel 3.2
Kelenjar endokrin dan jenis hormon yang dihasilkan
NO.
|
KELENJAR
ENDOKRIN
|
JENIS
HORMON YANG DIHASILKAN
|
1.
|
Kelenjar
hipofise/pituitari (lobus anterior)
|
1. Hormone
pertumbuhan (somatotropin)
2. Thyroid-stimulating
hormone (TSH)
3. Adrenokortikotropin
(ACTH)
4. Follicle-stimulating
hormone (FSH)
5. Luteinizing
hormone (LH)
6. Prolaktin
|
2.
|
Kelenjar
hipofise/pituitari (lobus posterior)
|
1. Antidiuretik
(vasopresin)
2. Oksitosin
|
3.
|
Kelenjar
tiroid
|
1. Tiroksin
2. Kalsitonin
|
4.
|
Kelenjar
paratiroid
|
Paratiroid
hormone (parathormon)
|
5.
|
Kelenjar
adrenal
|
1. Korteks
: mineralo kortikoid, gluko- kortikoid dan hormone seks
2. Medulla
: epinefrin dan norepinefrin
|
6.
|
Kelenjar
pancreas
|
1. Insulin
2. Glucagon
3. Somatostatin
|
7.
|
Ovarium
|
1. Estrogen
2. Progesteron
|
8.
|
Testis
|
Testosterone
|
e. Sifat
Hormon
Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat.
Beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon
ialah sebagai berikut:
1) Hormon
Polipeptida biasanya disintesis dalam
bentuk precursor yang belum aktif
(disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki rantai
yang panjang daripada bentuk aktifnya.
2) Sejumlah
hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagian hormon
berumur pendek.
3) Beberapa jenis
hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan sel sasaran dalam waktu
beberapa detik, sedangkan hormon yang lain (contohnya esterogen dan tiroksin)
bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari.
4) Pada sel
sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
5) Hormon
kadang-kadang memerlukan pembawa pesan
kedua mekanismenya.
f. Mekanisme
Aksi Hormon
a.
Reseptor
Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak
pada membrane atau sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein
atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera
berikatan dengan reseptornya dan memebentuk komplekss hormon- reseptor. Pembentukan hormon-reseptor
terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci
dan gemboknya. Kompleks
hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan
tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat
diubah oleh hormon dengan cara kerja seperti di atas :
a) Perubahan
aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses metabolism
tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
b) Pengaktifan
mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi sel
untuk memasukkan tau mengeluarkan suatu zat.
c) Aktivitas
pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan
mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya,
antara alin pergerakan ameba dan mitosis
sel.
d) Pengubahan
aktivitas metabolism DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat
memepengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.
2) Reseptor
Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel
sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan
hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat musah larutdalam lipid
sehingga mudah melewati membrane sel sasaran. Selama dalam peredaran darah ke
seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan dengan pengembannnya. Hormon akan
terlepas dari molekul pengemban dan
masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan
reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif.
Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang sanagt tinggi terhadap DNA sehingga
setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang
mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor pada daerah
promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.
g.
Fisiologi
sistem endokrin
1) Menghasilkan
hormone yang dialirkan kedalam darah yang diperlukan oleh jaringan tubuh
tertentu
2) Mengontrol
aktivitas kelenjar tubuh
3) Merangsang
aktivitas kelenjar tubuh
4) Merangsang
pertumbuhan jaringan
5) Mengatur
metabolism, oksidasi, meningkatkan absorbs glukosa pada usus halus
6)
Memengaruhi metabolisme lemak,
protein, hidrat arang, vitamin, mineral
dan air.
Comments
Post a Comment