Asuhan Kepenataan Anestesi Terapi Cairan
Dosen Pengampu:
Dzakiyatul Fahmi, S. Kep., Ners.,MM.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah
Asuhan Keperawatan Anestesi Terapi Cairan
Disusun
Oleh:
Lisa ayu listari 1811604104
Gunawa rezky permadi 1811604113
Fatimatuzzohrah 1811604115
PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI
FAKULTAS
KESEHATAN
UNIVERSITAS
‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2019
BAB I
LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ
yang berperan penting didalam tubuh manusia. Ginjal berfungsi menjaga komposisi
darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan
dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap
stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan
tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap kuat .
Penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal dan/atau penurunan Glomerular Filtration
Rate (GFR) kurang dari 60mL/min/1,73 m2 selama minimal 3 bulan (KDIGO, 2012).
Hal ini berdasarkan tingkat keparahan kerusakan dari ginjal dan tingkat
penurunan fungsinya dapat dibagi menjadi 5 tahap. Tahap 5 Gagal Ginjal Kronik
(GGK) biasa dikenal dengan penyakit ginjal stadium akhir / gagal ginjal (End
Stage Renal Disease). Dimana kerja dari ginjal sudah kurang dari 15% dari
normal.
Penyakit ginjal kronis (PGK)
merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalens dan insidens
gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi.
Prevalensi PGK meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan
kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi. Hasil systematic review
dan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et al. mendapatkan prevalensi global
PGK sebesar 13,4%. Menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, PGK
merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat
menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Sedangkan di Indonesia, perawatan
penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan
setelah penyakit jantung.
Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan
prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam
pada kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun.
Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi
lebih tinggi terjadi pada masyarakat perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%),
pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh (0,3%), dan kuintil indeks
kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing-masing 0,3%. Sedangkan provinsi
dengan prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh,
Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 % .
Berdasarkan Indonesian Renal Registry
(IRR) tahun 2016, penyebab penyakit ginjal kronis terbesar adalah nefropati
diabetik (52%), hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam urat (1%),
penyakit lupus (1%) dan lain-lain. Telah diketahui berbagai mekanisme obat dapat
merusak ginjal. Penggunaan obat-obat antihipertensi, antibiotik, dan AINS pada
penderita penyakit ginjal dapat menyebabkan kerusakan ginjal [4]. Penyakit ginjal kronik biasanya disertai
berbagai komplikasi beberapa komplikasi potensial pada pasien penyakit
ginjalkronik meliputi hiperkalemia, penyakit jantung, hipertensi, anemia, serta
penyakit tulang.
Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah GGK terdapat
dua pilihan (Markum 2009) yaitu pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi
diet protein, diet kalium, diet natrium, dan pembatasan cairan yang masuk.
Kedua, dialisis dan transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti pada
pasien. Terapi pengganti yang sering dilakukan pada pasien GGK adalah dialisis.
Oleh karena permasalahan tersebut, makalah ini disusun agar perawat mampu
memahami dengan baik mengenai gagal
ginjal kronik serta mampu menerapkan asuhan keperawatan yang
tepat bagi penderita gagal ginjal kronik.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
ANATOMI GINJAL
Ginjal
adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga peritoneal bagian
atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial.
Pada sisi ini, terdapat hilus ginjal, yaitu tempat struktur-sturuktur pembuluh
darah, sistem limfatik, sistem saraf,
dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat
bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada
sisi lain. Ukuran ginjal rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x
3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi sekitar 120-170 gram (Aziz dkk.2008).
Ginjal
dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true capsule (kapsul fibrosa) ginjal dan
di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak peri renal. Di sebelah kranial
terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang berwarna
kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perineal
dibungkus oleh fasia gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat
meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urin pada
saat terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasia gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam
menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota
terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jarinagn lemak pararenal (Aziz dkk. 2008).
Gambar 1. Anatomi Ginjal (Aziz dkk. 2008)
Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh
otot-otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan di
sebelah anterior dilindungi oleh organ-organ intraperitoneal. Ginjal kanan
dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi
oleh lien, lambung, pankreas, jejunum, dan kolon (Aziz dkk. 2008). Ginjal kanan tingginya sekitar 1 cm di atas
ginjal kiri (Faiz &Moffat 2004).
Secara
anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal. Di
dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, sedangkan di dalam medula banyak
terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas glomeruli dan tubuli ginjal. Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi
di dalam glomeruli kemudian di tubuli ginjal beberapa zat yang masih diperlukan
tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme tubuh disekresi
bersama air dalam bentuk urin (Aziz dkk. 2008).
Gambar 2. Sistem Nefron
Ginjal (Aziz dkk. 2008)
Urin
yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem
pelvikalises ginjal untuk disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalises
ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor, dan pielum/pelvis
renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel transisional dan
dindingnya terdiri otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin
sampai ureter (Aziz dkk. 2008).
Ginjal
bekerja untuk menyaring darah sebanyak kurang lebih 200 liter tiap harinya dan
juga membuang sisa-sisa metabolisme serta kelebihan cairan tubuh melalui urin.
Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urin, ginjal berfungsi juga
dalam:
1.
Melakukan kontrol
terhadap sekresi hormon-hormon aldostreon dan Anti Diuretik Hormon (ADH)
2.
Mengatur
metbolisme ion kalsium dan vitamin D
3.
Menghasilkan
hormon, antara lain: eritropoetin yang berperan dalam pembentukan sel darah
merah, renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, kalsitriol atau
vitamin D3 yaitu bentuk aktif dari vitam D yang berfungsi mengatur tekanan
darah dengan cara mengatur keseimbangan kadar kalsium, dan hormon prostaglandin
(Aziz dkk.
2008).
B.
DEFINISI CKD
Gagal ginjal kronik (GGK)
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel, yang
menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer 2008). Gagal ginjal kronik
merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomelurus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang
dari 60 ml/min/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan
(Kallenbach et al. 2005). Menurut KDIGO (2013) Gagal ginjal kronik merupakan
suatu keadaan abnormalitas dari struktur atau ginjal yang terjadi selama lebih
dari 3 bulan yang mempengaruhi kesehatan, dengan kriteria sebagai berikut:
1.
Adanya kerusakan ginjal (satu atau
lebih):
a.
Albuminuria (AER ≥30 mg/24 jam; ACR
≥30 mg/g [≥3 mg/mmol])
b.
Abnormalitas sedimen urin
c.
Abnormalitas elektrolit dan lainnya
akibat dari kerusakan pada tubulus ginjal
d.
Adanya abnormalitas yang diketahui
dari histologi
e.
Abnormalitas struktural yang
diketahui dari pencitraan
f.
Mempunyai riwayat transplantasi
ginjal
2.
Penurunan GFR
GFR 60 ml/min/1,73 m2 (Kategori GFR
G3a-G5)
Kondisi ginjal yang gagal
melaksanakan fungsi utamanya akan terjadi gangguan pembuluh darah dan penyakit
lebih mudah merusak pembuluh darah tersebut. Akibatnya, darah yang diterima unit penyaring menjadi lebih sedikit, dan
tekanan darah di dalam ginjal tidak bisa dikendalikan. Bila unit penyaring yang
terganggu, maka suplai darah kurang dan gangguan tekanan darah akan membuat
ginjal tidak mampu membuang zat-zat tidak terpakai lagi. Selain itu ginjal juga
tidak bisa mempertahankan keseimbangan cairan dan zat-zat kimia di dalam tubuh,
sehingga zat buangan bisa masuk kembali ke dalam darah. Juga mungkin terjadi,
zat kimia yang dibutuhkan tubuh dan protein akan ikut keluar bersama urin (Syamsir
& Iwan 2007).
Pada gagal ginjal kronik
penderita hanya dapat berusaha menghambat laju tingkat kegagalan fungsi ginjal
tersebut, agar tidak menjadi gagal ginjal terminal (GGT), suatu kondisi dimana
ginjal sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Kondisi gagal ginjal kronik ini biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya
menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya, bahkan lebih sering penderita
tidak merasakan adanya gejala dan diketahui fungsi ginjal sudah menurun 25%
dari normal. Beberapa penyakit yang memicu terjadinya penyakit aggal ginjal
kronik, antara lain diabetes, hipertensi, dan batu ginjal (Syamsir & Iwan 2007).
C.
TAHAPAN PERKEMBANGAN GAGAL GINJAL KRONIK
Tahapan
perkembangan gagal ginjal kronik, yaitu (Baradero dkk. 2005):
1.
Penurunan cadangan
ginjal
a.
Sekitar
40-75% nefron tidak berfungsi
b.
Laju
filtrasi glomerulus 40-50% normal
c.
BUN dan
kreatinin serum masih normal
d.
Pasien
asimtomatik
2.
Gagal
ginjal
a.
75-80%
nefron tidak berfungsi
b.
Laju
filtrasi glomerulus 20-40% normal
c.
BUN dan
kreatinin serum mulai meningkat
d.
Anemia
ringan dan azotemia ringan
e.
Nokturia
dan poliuria
3.
Gagal
ginjal
a.
Laju
filtrasi glomerulus 10-20% normal
b.
BUN dan
kreatinin serum meningkat
c.
Anemia,
azotemia, asidosis metabolik
d.
Berat jenis
urin
e.
Poliuria
dan nokturia
f.
Gejala
gagal ginjal
4.
End-stage
renal disease (ESRD)
a.
Lebih dari
85% nefron tidak berfungsi
b.
Laju
filtrasi glomerulus kurang dari 10% normal
c.
BUN dan
kreatinin tinggi
d.
Anemia,
azotemia, dan asidosis metabolik
e.
Berat jenis
urin tetap 1,010
f.
Oliguria
g.
Gejala
gagal ginjal
D.
ETIOLOGI
Penyebab
paling umum dari gagal ginjal kronik adalah diabetes mellitus (tipe 1 atau
tipe 2) dan hipertensi, sedangkan penyebab End-stage Renal Failure (ERFD)
di seluruh dunia adalah IgA nephropathy (penyakit
inflamasi ginjal). Komplikasi dari diabetes dan
hipertensi adalah rusaknya pembuluh darah kecil di dalam tubuh, pembuluh darah
di ginjal juga mengalami dampak terjadi kerusakan sehingga mengakibatkan gagal ginjal kronik.
Etiologi gagal ginjal kronik
bervariasi antara negara yang satu dengan yang negara lain. Di Amerika Serikat
diabetes melitus menjadi penyebab paling banyak terjadi gagal ginjal kronik
yaitu sekitar 44%, kemudian diikuti oleh hipertensi sebanyak 27% Dan
glomerulonefritis sebanyak 10% (Thomas 2008). Di Indonesia penyebab gagal
ginjal kronik sering terjadi karena glomerulonefritis, diabetes mellitus,
obstruksi, dan infeksi pada ginjal, hipertensi (Suwitra dalam Sudoyo et al.
2009)
E.
PATOFISIOLOGI
Ginjal merupakan salah satu organ ekskretori yang berfungsi untuk
mengeluarkan sisa metabolisme didalam tubuh diantaranya ureum, kreatinin, dan
asam urat sehingga terjadi keseimbangan dalam tubuh. Penyakit ini diawali
dengan kerusakan dan penurunan fungsi nefron secara progresif akibat adanya
pengurangan masa ginjal. Pengurangan masa ginjal menimbulkan mekanisme kompensasi yang mengakibatkan
terjadinya hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa.
Perubahan ini mengakibatkan hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan
kapiler dan aliran darah glomerulus. Selanjutnya penurunan fungsi ini akan
disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dan peningkatan sisa metabolisme dalam tubuh.
Perjalanan
umum ginjal kronik dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium satu
dinamakan penurunan cadangan ginjal . Pada stadium ini kreatin
serum dan BUN dalam keadaan normal dan penderita asimtomatik (tanpa gejala).
Gangguan fungsi ginjal akan dapat diketahui dengan tes GFR.
Stadium
dua dinamakan insufisiensi ginjal , dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR 25% dari normal. Pada tahap ini BUN
baru mulai stadium insufisiensi ginjal gejala nokturia dan poliuria diakibatkan
kegagalan pemekatan. Nokturia (berkemih pada malam hari) sebanyak 700 ml
atau berkemih lebih dari beberapa kali. Pengeluaran urin normal sekitar
1500 ml perhari atau sesuai dengan jumlah cairan yang diminum.
Stadium
ke tiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir uremia . sekitar 90%
dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 yang masih utuh. Nilai GFR
nya hanya 10% dari keadaan normal dan bersihakan kreatin sebesar 5-10 ml/menit.
Penderita biasanya oliguri (pengeluaran urien kurang dari 500 ml/hari) karena
kegagalan glomelurus uremik. Fungsi
ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh.
Menurut Sudoyo et al. (2009)
stadium paling dini dari penyakit gagal ginjal kronis, akan menyebabkan
penurunan fungsi yang progresif ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum. Pasien dengan GFR 60% belum merasakan keluhan, tetapi sudah ada peningkatan kadar ureum dan kreatinin, sampai GFR
30% keluhan nokturia, badan lemas, mual, nafsu makan berkurang, dan penurunan
berat badan mulai terjadi.
Pembagian CKD berdasarkan
stadium dari tingkat penurunan LFG :
·
Stadium 1 : kelainan ginjal yang
ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml /
menit / 1,73 m2
·
Stadium 2 : Kelainan
ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
·
Stadium 3 :
kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
·
Stadium 4 : kelainan ginjal dengan
LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
·
Stadium5 : kelainan ginjal dengan
LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
F. MANIFESTASI KLINIS CKD
Manifestasi klinis gagal ginjal kronik (Long 1996):
1.
Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan
mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi.
2.
Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah,
nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang
disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinis
gagal ginjal kronik (Smeltzer & Bare 2001):
1.
Kardiovaskuler
a.
Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner,
perikarditis
b.
Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
c.
Edema periorbital
d.
Friction rub pericardial
e.
Pembesaran vena leher
2.
Dermatologi
a.
Warna kulit abu-abu mengkilat
b.
Kulit kering bersisik
c.
Pruritus
d.
Ekimosis
e.
Kuku tipis dan rapuh
f.
Rambut tipis dan kasar
3.
Pulmoner
a.
Krekels
b.
Sputum kental dan liat
c.
Nafas dangkal
d.
Pernafasan kussmaul
4.
Gastrointestinal
a.
Anoreksia, mual, muntah, cegukan
b.
Nafas berbau ammonia
c.
Ulserasi dan perdarahan mulut
d.
Konstipasi dan diare
e.
Perdarahan saluran cerna
5.
Neurologi
a.
Tidak mampu konsentrasi
b.
Kelemahan dan keletihan
c.
Konfusi/perubahan tingkat kesadaran
d.
Disorientasi
e.
Kejang
f.
Rasa panas pada telapak kaki
g.
Perubahan perilaku
6.
Muskuloskeletal
a.
Kram otot
b.
Kekuatan otot hilang
c.
Kelemahan pada tungkai
d.
Fraktur tulang
e.
Foot drop
7.
Reproduktif
a.
Amenore
b.
Atrofi testekuler
G.
PATHWAY
Eritropoitin
menurun MK:
kelebihan volume cairan
Penurunan
fungsi nefron progresif
BAB 3
ASUHAN
KEPERAWATAN ANESTESI CKD
KASUS 1
1.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.D
Umur :
53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :
Jalan Turi No.4 Denpasar PenanggungJawab : Tn.A
Tanggal HD : 3 Mei
2018
No. RM 01630059
Dx. Medis :
CKD Stadium V
2.
Data Pengkajian
1.
Status Kesehatan Saat Ini
a. Alasan
kunjungan ke rumah sakit
Tanggal 3 Mei 2018 klien mengatakan
akan melakukan hemodialisa rutin rumah sakit
sesuai dengan jadwal
yang disediakan, biasanya
2 kali seminggu, pada tanggal 7 Mei 2018 klien mengatakan akan
melakukan rutin di rumah sakit sesuai dengan jadwal yang disediakan, biasanya 2
kali seminggu.
b. Keluhan utama saat ini
Tanggal 3 Mei 2018 klien mengatakan sedang menjalani HD regular dan mengeluh
badan terasa lemas dan klien mengeluh susah tidur pada malam hari. Tanggal 7 Mei
2018 klien mengatakan tidak ada keluhan hari ini dan mengatakan berat badannya
sekarang 71 kg.
c. Riwayat penyakit
sebelumnya
klien menderita penyakit gagal ginjal kronik stadium 5
selama 5 tahun
d.
Riwayat
penyakit keturunan
Klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi,dll
Tanggal |
Jenis pemeriksaan |
Hasil |
Nilai normal dalam satuan |
Interpretasi |
keterangan |
3 maret 2018 |
Darah lengkap (CBC) WBC RBC HGB HCT MCHC BUN Kreatinin Natrium Kalsium (Ca) Kalium (K) Ferritin |
5.51 3.46 9.60 32.11 29.90 144.90 33,4 20.15 144 8.5 5.38 677.50 |
4.1-11.0 4,5-5.9 13.5-17.5 41.0-53.0 31-36 150-440 8-23 0.7-1.2 136-145 8.4-9.7 3.50-5.10 30-400 |
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi |
Tidak
dianjurkan Hb>13gr/dl,sedangkan hb<7indikasi transfuse(suwitra, hal 46) Bila>18
mg/dl berarti HD tidak adekuat, fungsi ginjal sisa sedikit, asupan protein
berlebih, kerusakan massa otot. Bila kreatinin <10mg/dl berarti fungsi
ginjal cuku, malnutrisi (suwitra,hal 47) Bila<130
mg/dl bias berarti hemodifusi/edema(suwitra hal.47) Bila
kadar kalsium dalam serum>5.6 mmol/L. berarti asupan kalium
berlebih(suwitra hal.47) Untuk
menentukan pemberian Fe dan ferritin tinggi terjadi karena inflamasi
(suwitra,hal 48) |
1. PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
·
Identitas pasien
Nama : Tn.D
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Turi No.4 Denpasar
PenanggungJawab :
Tn.A
Tanggal HD : 3 Mei 2018
No. RM : 01630059
Dx. Medis : CKD Stadium V
·
Status Kesehatan Saat Ini
Alasan kunjungan ke rumah sakit
Tanggal
3 Mei 2018 klien mengatakan akan melakukan hemodialisa rutin rumah sakit sesuai
dengan jadwal yang disediakan, biasanya
2 kali seminggu, pada tanggal 7 Mei 2018 klien mengatakan akan
melakukan rutin di rumah sakit sesuai dengan jadwal yang disediakan, biasanya 2
kali seminggu.
Keluhan utama saat ini
Tanggal 3 Mei 2018 klien mengatakan sedang menjalani HD regular dan mengeluh
badan terasa lemas dan klien mengeluh susah tidur pada malam hari. Tanggal 7 Mei
2018 klien mengatakan tidak ada keluhan hari ini dan mengatakan berat badannya
sekarang 71 kg.
Riwayat penyakit sebelumnya
Klien menderita penyakit gagal ginjal kronik stadium 5
selama 5 tahun
Riwayat penyakit keturunan
Klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi,dll
Aktifitas
dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus,
penurunan ROM
e.Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual,
muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan.
·
Data Subjektif :
Pasien mengatakan kan melakukan hemodialisa rutin rumah sakit sesuai
dengan jadwal yang disediakan biasanya 2 kali seminggu, Pasien mengatakan sedang
menjalani HD regular
dan mengeluh badan terasa
lemas dan klien mengeluh susah tidur pada malam hari.
·
Data Objektif : Klien
menderita penyakit gagal ginjal kronik stadium 5 selama 5 tahun, Klien tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi,dll, terdapat hasil
Pemeriksaan Laboratorium
2. DIAGNOSA
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
1.
Intoleransi
aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis.
2.
Kelebihan
volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan
dan natrium
3.
Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.ddisfungsi renal
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh
b.d anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa
mulut
5.
Intoleransi
aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
6.
Anemia
Priotitas
Diagnosa |
1.
Anemia 2.
Kelebihan volume cairan 3.
RK Ketidakseimbangan elektrolit cairan |
3. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
NO |
Diagnosa ( Masalah
Kesehatan Anestesi) |
Perencanaan |
||||||
Tujuan |
Intervensi |
Rasional |
||||||
11 |
Anemia |
Tujuan dan
Kriteria hasil menurut NOC : Setelah dilakukan asuhan selama 1x24 jam dapat meminimalkan terjadinya komplikasi
anemia : dengan kriteria diharapkan : -
Hb >/= 10 gr/dl. -
Peningkatan RBC( menjadi 4,9), HGB
(menjadi 14), HCT (menjadi 41,5) , MCHC (menjadi 31,5), PLT ( menjadi 155), |
-
Monitor tanda-tanda anemia -
Edukasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan asupan
nutrisi klien yg bergizi -
Pantau keadaan umum klien. -
Kolaborasi untuk pemeberian terapi initravena dan tranfusi darah
menggunakan PRC -
Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe |
-
Memonitor tanda anemia untuk mengetahui
keadaan abnormal tubuh. -
Mengedukasi pasien dan keluarga untuk
meningkatkan asupan nutrisi agar mempercepat pemulihan efek anemia. -
Pantau keadaan umum pasien untuk memastikan
keadaan tubuh stabil -
Kolaborasi pemberian terapi intravena dan
transfuse darah menggunakan PRC untuk
meningkatkan Hb pasien -
Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe
untuk memantau batas nilai normal nya.
|
||||
|
Kelebihan volume cairan |
Tujuan
dan Kriteria hasil menurut NOC : Setelah
dilakukan asuhan selama 3x24 jam kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria: dengan kriteria,
pasien diharapkan : -
Keseimbangan
intake dan output dalam 24 jam -
Kestabilan
berat badan -
Edema perifer |
-
Kaji status cairan dengan
menimbang berat badan perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema, distensi vena leher, dan tanda-tanda vital. -
Pertahankan intake dan
output secara akurat. -
Batasi
masukan cairan -
Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang pembatasan cairan. -
Kolaborasi dalam pemberian diuretic |
-
Pengkajian merupakan dasar dan
data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
intervensi. -
Mempertahankan intake dan output untuk mencapai balance cairan -
Pembatasan cairan akan
menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi. -
Pemahaman meningkatkan kerjasama
pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan -
Kolaborasi pemberian diuretic untuk memobilisasi cairan edema |
||||
|
RK Ketidakseimbangan
elektrolit cairan ( RK Hiperkalemia) |
Tujuan dan Kriteria
hasil menurut NOC : Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam ketidakseimbangan elektrolit
teratasi dengan kriteria, pasien diharapkan : -
kalium normal menjadi 3,8 – 5,1 -
Terbebas dari edema |
-
Observasi
adanya manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit -
Pertahankan keakuratan
intake dan output -
Siapkan pasien untuk dialisis
-
Edukasi pasien dan /atau
keluarga pada modifikasi diet tertentu, sesuai dengan diagnose. -
Konsultasikan
dengan dokter tentang pemberian obat elektrolit-sparing (misalnya spiranolakton -
Kolaborasi pemberian cairan sesuai dengan resep, jika diperlukan |
-
Mengobservasi adanya manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit untuk
mengetahui keadaan abnormal tubuh -
Mempertahankan keakuratan intake dan output untuk mencapai balance
cairan -
Mempersiapkan pasien untuk di dialysis sebagai pembuangan limbah dari
tubuh pasien -
Mengedukasi pasien memodifikasi diet untuk menghindari pasien dari
asupan yang dapat memperparah keadaan
pasien. -
Kolaborasi pemberian obat elektrolit-sparing dan cairan untuk menormalkan kandungan kalium dalam
tubuh. |
||||
|
|
|||||||
4. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
NO |
Diagnosa ( Masalah Kesehatan Anestesi) |
Implementasi |
|||
Tanggal |
Jam |
Tindakan |
Paraf |
||
1 |
Anemia |
Jumat, 3/3/18 |
-
08.00 WIB |
-
Memonitor tanda tanda anemia |
Tims |
-
08.05 WIB |
-
Melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi intravena dan transfusi
darah menggunakan PRC |
Tims |
|||
-
08. 10 WIB |
-
Memantau keadaan umum klien |
Tims |
|||
-
08.20 WIB |
-
Melakukan kolaborasi control Hb, HMT, Retic, status Fe |
Tims |
|||
-
08. 21 WIB |
-
Mengedukasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi
klien yang bergizi. |
Tims |
|||
|
|
|
|||
|
|
|
|||
|
|
|
|||
|
Kelebihan volume Cairan |
Jumat,3/3/18 |
-
08.21 WIB |
-
Mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan perhari, keseimbangan masukan
dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, dan
tanda-tanda vital. |
Tims |
-
08.25 WIB |
-
Melakukan kolaborasi dalam
pemberian diuretik |
Tims |
|||
-
08.26 WIB |
-
Membatasi masukan cairan |
Tims |
|||
-
08.27 WIB |
-
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan |
Tims |
|||
-
09.00 WIB |
-
Mempertahankan intake and output cairan secara akurat. |
Tims |
|||
|
|
|
|||
|
|
|
|||
|
RK Ketidakseimbangan elektrolit cairan ( RK Hiperkalemia) |
-
Jumat, 3/3/18 |
-
08.22 WIB |
-
Mengobservasi adanya manivestasi dari adanya ketidakseimbangan elektrolit |
Tims |
08.25 WIB |
-
Melakukan konsultasi dengan dokter tentang pemberian obat
elektrolit-sparing ( spiranolakton) |
Tims |
|||
08.26 WIB |
-
Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai dengan resep dari dokter,
jika di perlukan |
Tims |
|||
08.28 WIB |
-
Mengedukasi pasien dan keluarga pada modifikasi diet tertentu, sesuai
dengan diagnose |
Tims |
|||
09.00 WIB |
-
Mempertahankan keluaran intake dan output |
Tims |
5.
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
No |
Diagnose |
Tanggal |
Intervensi |
Evaluasi |
||||
1. |
Anemia |
3/maret/2018 |
08.00- 08.21 ·
Memonitor tanda-tanda anemia ·
Mengedukasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan asupan
nutrisi klien yg bergizi ·
Memanantau keadaan umum klien. ·
Melakukan kolaborasi untuk pemeberian terapi
initravena dan tranfusi darah menggunakan PRC ·
Melakukan kolaborasi kontrol RBC, HGB , HCT , MCHC , PLT , status Fe |
09.45 S : - pasien dan keluarga pasien
memahami tujuan meningkatkan
asupan nutrisi klien yang bergizi -
pasien mengatakan masih lemah O : ·
TD :90/60mmHg - HR : 75x/i - RR : 20x/menit ·
Hb 10 gr/dl. A : masalah
anemia teratasi sebagian P : intervensi
di lanjutkan dengan ·
Melakukan kolaborasi pemberian terapi intravena dan transfuse darah
menggunakan PRC Melakukan kolaborasi control RBC, HGB , HCT , MCHC , PLT , status Fe. 11.
40 S : -
Pasien mengatakan tidak merasa lemas O: ·
TD :110/70mmHg - HR : 90x/i - RR : 20x/menit ·
Hb 11 gr/dl ·
RBC
meningkat menjadi 4,5. HCT meningkat menjadi
41. MCHC meningkat menjadi 31. PLT meningkat menjadi 155.
Fe menjadi normal A : masalah
anemia teratasi P : hentikan
intervensi. |
||||
|
Kelebihan volume
Cairan |
|
08.21- 09.00 WIB -
Mengkaji status cairan dengan menimbang
berat badan perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan
adanya edema, distensi vena leher, dan tanda-tanda vital. -
mempertahankan intake dan
output secara akurat. -
membatasi
masukan cairan -
menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan. -
Melakukan
Kolaborasi dalam pemberian diuretic |
10.10 WIB S : pasien dan keluarga
mengatakan mengerti tujuan pembatasan cairan O : -
TD :110/70mmHg - HR : 91x/i - RR : 20x/menit -
output
dan input cairan pasien seimbang -
tidak ada edema -
berat badan pasien stabil A : masalah
kelebihan volume cairan teratasi
P : hentikan
intervensi |
||||
|
RK ketidakseimbangan
elektrolit cairan ( RK Hiperglikemia) |
3/Maret/2018 |
08.22-
09.00 -
mengobservasi
adanya manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit -
mempertahankan keakuratan
intake dan output -
menyiapkan pasien untuk
dialisis -
mengedukasi pasien dan
/atau keluarga pada modifikasi diet tertentu, sesuai dengan diagnose. -
Melakukan
konsultasi dengan dokter tentang pemberian obat elektrolit-sparing
(misalnya spiranolakton -
Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai dengan resep, jika diperlukan |
10.45 WIB S : -
Pasien dan keluarga mengatakan mengerti
tujuan dari modifikasi diet tertentu sesuai dengan diagnose -
Pasien menyatakan siap untuk melakukan
dialysis O : -
TD :110/70mmHg - HR : 90x/i - RR : 19x/menit -
Kalium normal menjadi 4 -
Tidak terdapat edema -
Cairan Intake dan output seimbang A : masalah RK
ketidakseimbangan elektrolit cairan ( RK Hiperglikemia) tercapai P
: hentikan intervensi |
||||
BAB III
KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau
penurunan kemampuan filtrasi glomelurus (Glomerular
Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 mL/min/1,73 m2 selama 3
bulan atau lebih yang irreversible dan
didasari oleh banyak faktor (NKF K/DOQI 2000; Kallenbach, Gutch, Stoner dan
Corca 2005). Etiologi
gagal ginjal kronik bercvariasi antara negara yang satu dengan yang negara
lain. Di Amerika Serikat diabetes melitus menjadi penyebaba paling abnyak
terjadi gagal ginjal kronik yaitu sekitar 44%, kemudian diikuti oleh hipertensi
sebanyak 27% Dan glomerulonefritis sebanyak 10% (Thomas 2008). Di Indonesia
penyebab gagal ginjal kronik sering terjadi karena glomerulonefritis, diabetes
mellitus, obstruksi, dan infeksi pada ginjal, hipertensi (Suwitra dalam Sudoyo
et al., 2009). Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15ml/mnt. Terapi pengganti tersebut dapat berupa
hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
DAFTAR
PUSTAKA :
Carpenito, Lynda Juall. (2014).
Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 13. Jakarta : EGC
Corwin, E.J. Handbook of
pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2011 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
Doenges E, Marilynn, dkk. (2012).
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman UntukPerancanaandan
PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Alam,
Syamsir dan Hadibroto, Iwan. 2007. Gagal
Ginjal. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Baradero,
Mary, dkk. 2005. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges,
Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC
Pearce, Evelyn G. (2004). Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Price &
Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2. Jakarta: EGC.
Purnomo, B. (2003). Dasar–Dasar Urologi.
Jakarta: Sagung Seto.
Terimakasih kak Artikel Anestesi nya sangat membantu dan mudah dipahami
ReplyDeleteAnestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal dan Anestesi Umum. Pada anestesi lokal hilagnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.